Scara garis besar ruang lingkup pemahaman AQidah mencangkup:
1.pengertian ‘Aqidah menurut bahasa Arab (etimologi)
Keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah SWT dengan segala pelaksanaan ke-wajiban, bertauhid [2] dan ta’at kepada Allah, berimankepada Malaikat-malaikat Allah, beriman kepada Rasul-rasul Allah, beriman kepadaKitab-kitab Allah, beriman kepada hari Akhir, beriman kepada takdir baik dan taqdirburuk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip AgamaUshuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma’(konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath’i (pasti), baik secarailmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnahyang shah
ih serta ijma’ Salafush Shalih. [3]
Sehingga akidah ini juga bisa diartikan dengan keimanan yang mantap tanpa disertai keraguan di dalam hati seseorang (lihat At Tauhid lis Shaffil Awwal Al ‘Aali hal. 9, Mujmal Ushul hal. 5)
2.kedudukan ‘Aqidah yang Benar
Aqidah yang benar merupakan landasan tegaknya agama dan kunci diterimanya amalan. Hal ini sebagaimana ditetapkan oleh Allah Ta’ala di dalam firman-Nya:(Allah SWT)
Allah ta’ala juga berfirman,
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu: Sungguh, apabila kamu berbuat syirik pasti akan terhapus seluruh amalmu dan kamu benar
-benar akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar: 65)
Allah ta’ala juga berfirman,
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu: Sungguh, apabila kamu berbuat syirik pasti akan terhapus seluruh amal
mu dan kamu benar-benar akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar: 65)
Ayat-ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa amalan tidak akan diterima apabila tercampuri dengan kesyirikan. Oleh sebab itulah para Rasul sangat memperhatikan perbaikan akidah sebagai prioritas pertama dakwah mereka. Inilah dakwah pertama yang diserukan oleh para Rasul kepada kaum mereka; menyembah kepada Allah saja dan meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya.
Hal ini telah diberitakan oleh Allah di dalam f
irman-Nya:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang Rasul yang menyerukan ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut (sesembahan selain Allah)’” (QS. An Nahl: 36)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menetap di Mekkah sesudah beliau diutus sebagai Rasul selama 13 tahun mengajak orang-orang supaya mau bertauhid (men
gesakan Allah dalam beribad
ah) dan demi memperbaiki akidah. Hal itu dikarenakan akidah adalah fondasi tegaknya bangunan agama. Para dai penyeru kebaikan telah menempuh jalan sebagaimana jalannya para nabi dan Rasul dari jaman ke jaman. Mereka selalu memulai dakwah dengan ajaran tauhid dan perbaikan akidah kemudian sesudah itu mereka menyampaikan berbagai permasalahan agama yang lainnya (lihat At Tauhid Li
Shaffil Awwal Al ‘Aali, hal. 9-10).
3.’ Ketinggian Kedudukan AQidah
Firman Allah SWT
Sudut-sudut pengetahuan amat banyak tetapi yang paling tinggi ialah aqidah Islam. Sudut-sudut aqidah juga banyak tetapi yang paling tinggi ialah mentauhidkan Allah. Iman yang benar dan Tauhid yang hak menjadikan, seseorang itu mendapat ketenangan, kemuliaan
, keamanan dan kerehatan. Sebaliknya tanpa iman beliau menjadi resah dan tiada pegangan. Allah berfirman:
"Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak untuk mendapat keamanan (dari malapetaka) jika kamu mengetahui? Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik). Mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk . (Al An ‘aam: 8l-82)
Kerana itulah Allah SWT memerintahkan dengan Tauhid sebelum perkara lain.
Allah berfirman:
Maka ketahuilah bahawa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah.” (Muhammad: 19)
Kewajipan Muslim terhadap aqidah yang tertinggi ini merangkumi tiga perkara yaitu:
· Makrifah dengan yakin, bukannya lintasan fikiran.
· Tauhid yang benar tanpa ragu-ragu kepadanya.
· Iktikad kesempurnaan Allah dari sebarang kekurangan.
No comments:
Post a Comment
Berikanlah Komentar, saran dan Kritik yang membangun "